Easter

Renungan Hari Raya Paskah

Selamat Hari Paskah! Betapa mulia dan baiknya kita merayakan paskah dengan sukacita. Injil mengisahkan tentang pengalaman para murid Yesus yang mendengar berita tentang kubur yang kosong. Reaksi mereka bermacam-macam. Maria Magdalena berpikir bahwa seseorang mungkin telah mengambil jenazah Yesus dan memindahkannya dari kubur. Petrus bingung dan berlari untuk membuktikannya sendiri. Demikian murid-murid lain yang mungkin bingung, takut, heran, atas berita-berita tersebut. Memang Injil mengatakan bahwa sampai dengan saat Yesus telah bangkit, para murid “belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati”.

Reaksi atau tanggapan berbeda-beda dari para murid terhadap berita kebangkitan Yesus bisa memberi kita pelajaran penting. Meskipun kebangkitan Kristus sudah diketahui dengan jelas, namun pemahaman dan pengetahuan kita tentang peristiwa mulia ini harus terus diperdalam. Artinya bahwa kebenaran tentang kebangkitan Tuhan ini perlu diresapi dan dipahami dari waktu ke waktu sepanjang hidup kita. Seperti halnya juga para murid yang juga telah mencoba memahami kebenaran itu dari waktu ke waktu. Pada mulanya para murdi tidak mengerti ketika Yesus pertama kali mengajar mereka tentang penderitaan dan kebangkitan-Nya. Mereka bahkan belum sepenuhnya paham ketika melihat kubur yang sudah kosong. Namun perlahan dan pasti mereka dibawa kepada pengertian oleh rahmat Roh Kudus. Pikiran mereka akhirnya terbuka dan memahami misteri ini dengan lebih jelas, bahwa Tuhan sungguh telah bangkit dan mengalahkan maut.

Kebangkitan Kristus adalah peristiwa sejarah yang nyata. Tapi itu juga merupakan peristiwa yang melampaui waktu. Itu adalah peristiwa yang menembus sepanjang waktu dan mengubah setiap momen dalam hidup kita. Berusaha memahami dan meresapi peristiwa kebangkitan Tuhan dari waktu ke waktu adalah sebuah upaya yang kuat untuk mengambil bagian dalam keadaan kebangkitan Tuhan itu sendiri. Dengan mengambil bagian dalam keadaan kebangkitan Tuhan artinya kita sekarang telah memiliki harapan, bahwa jika kita berbagi dalam penderitaan dan kematian-Nya, kita juga akan berbagi dalam kebangkitan-Nya. Kita memiliki martabat baru sebagai orang-orang yang telah turut dibangkitkan bersama Kristus dan menikmati kehidupan baru.

Paskah Tuhan sebenarnya adalah sebuah undangan istimewa bagi kita. Dengan paskah-Nya, Tuhan sebenarnya meminta kita untuk memandang kehidupan kita masing-masing sebagaimana Dia memandangnya, karena dalam diri kita masing-masing Tuhan tidak pernah berhenti melihat inti keindahan yang tak terbantahkan. Keindahan hidup sirna ketika kita terjebak dalam dosa yang merugikan. Sekarang oleh kebangkitan Tuhan, kita dipulihkan. Keindahan sejati kehidupan kita sebagai putra dan putri Bapa Terkasih dikembalikan kepada keadaannya semula sebelum terpenjara dosa. Maka paskah sebenarnya adalah hari raya tergulingnya batu-batu nisan maut yang merupakan simbol keberdosaan kita. Tuhan menyingkirkan bahkan batu yang paling keras yang menghancurkan harapan kita. Kita diundang-Nya untuk berada bersama-Nya. Sejarah kita tidak berakhir di hadapan sebuah batu nisan keberdosaan, sebaliknya dihadapan Kristus “batu yang hidup” yang memberikan dasar kokoh bagi bangunan kehidupan kita. Kita, sebagai Gereja, dibangun di atas Dia. Kebangkitan-Nya menjadikan segala sesuatu baru dan menjungkirbalikkan setiap kekecewaan dan kegagalan kita.

Jadi inilah yang perlu kita resapi dengan Paskah Tuhan: hendaknya ini mendorong kita untuk maju, untuk keluar dari rasa kekalahan, untuk menggulingkan batu dari kuburan di mana kita sering membatasi harapan-harapan kita, untuk melihat ke masa depan dengan percaya diri, karena Kristus telah bangkit dan telah mengubah arah cerita sejarah kehidupan kita. Kita diundang oleh Kristus untuk mengingat dan meresapi kembali momen pertama kali perjumpaan dengan-Nya; momen pengalaman cinta pertama kita dengan-Nya. Dia meminta kita untuk menghidupi kembali momen itu dan menerima pandangan baru tentang kehidupan kita yang murni, bersih, bebas dari segala macam dosa. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Renungan Hari Minggu Palma
Lord's Hand Next post Hari Minggu Paskah II: Minggu Kerahiman Ilahi (Yoh 20:19-31)